Lucu itu bila
kesehariannya tidak berminat mengenal tetangga padahal keluarga itu pendatang
baru (sejak 2-3 tahun ini). Kecenderungannya merugikan, dan itu dirasakan oleh
tetangga kanan kirinya. Tampak ada yang "dibanggakannya" padahal ... 😊
Aku secara
naluriah mengabaikan hal itu, dan tidak segan mendahului menyapa. Pertama
responnya dingin, kedua nggak begitu dingin tapi sama sekali tidak ada
penghargaan atas sapaanku. Ketiga kalinya mendadak nimbrung bicara ketika aku
dan beberapa tetangga heboh soal peristiwa kebakaran di lain tempat.
Kemudian sejak
itu ybs. mulai tersenyum menanggapi sapaanku. Ya! Sebatas merespon dengan
senyuman tipis. Ybs. itu pasutri, dan yang mulai komunikatif ini si isteri yang
seringnya belagak sibuk ngobrol berbahasa Inggris dengan anaknya, atau sibuk
dengan HP-nya setiap kali aku berpapasan. Tetangga lain sih, pada cuek
terhadapnya, cenderung kesal.
Aku tidak terlalu
memikirkannya. Sampai pada hari ini dia lewat. Spontan kusapa dan kutawari
mangga yang baru kami petik hari ini. Tetangga lain sudah dapat bagian. Dia
tersenyum dan bilang mau. Kumasuk mengambil buah yang di dalam rumah. Begitu
aku nongol lagi di halaman, sapaan pertamanya bikin aku kaget karena dia
"mempertanyakan" penataan pot-pot tanamanku yang kufungsikan sebagai
pagar.
Usil juga ibu
ini. Nggak pernah menyapa, sekalinya kuajak berkomunikasi kok kagak simpatik.
Kubandingkan dengan beberapa tetangga lain yang biasa ngobrol denganku. Kami
saling tukar info atau kisah lucu dan lain-lain, tapi tak satu pun di antara
kami yang "mencampuri atau kepo" dengan urusan pribadi masing-masing.
Kesimpulan hari
ini: Orang bi.sa ramah dengan pihak lain yang lokasinya berjauhan, sekaligus
meremehkan dan tidak mengacuhkan pihak yang begitu dekat di lingkungan
rumahnya.
Orang yang tampak
terlalu gengsi menyapa, tidak peduli lingkungan, ternyata bi.sa lebih kepo dan
usil daripada orang yang tampaknya ramai, heboh, dan "interaktif".
Mungkin ini soal karakter yang terlalu "kuat" -- terlalu kuat ego dan
kebanggaan dirinya ...
Kalau aku cerita begini, biasanya orang bilang, "Hmm kalau itu aku, biarin aja kita nggak usah kenal dengan orang sombong begitu."
Kalau aku cerita begini, biasanya orang bilang, "Hmm kalau itu aku, biarin aja kita nggak usah kenal dengan orang sombong begitu."
Ya gitu deh,
keramahtamahan kadang dianggap murahan atau bentuk pengakuan bahwa si ramah itu
lebih "sepele" dibanding dirinya yang "hebat."
Dalam hal begini (analogi dalam dunia politik, interaksi dunia maya, interaksi komunitas, dll), apakah kita seiman, sesuku, sepenciptaan atau tidak -- ujung-ujungnya kembali kepada individunya. Pergaulan juga bukan karena kita seiman, sesuku, seprofesi, dan "persamaan-persamaan" lainnya, kan?
Dalam hal begini (analogi dalam dunia politik, interaksi dunia maya, interaksi komunitas, dll), apakah kita seiman, sesuku, sepenciptaan atau tidak -- ujung-ujungnya kembali kepada individunya. Pergaulan juga bukan karena kita seiman, sesuku, seprofesi, dan "persamaan-persamaan" lainnya, kan?
Artikel ini sebelumnya dikirim Penulis di Kompasiana
No comments:
Post a Comment