Sunday, March 16, 2014

Do Not Assume

Pagi ini ada komunikasi kecil yang bikin saya agak geli. Maka mendadak saya teringat kata kunci sebagai "tips" warisan mantan atasan saya di kantor lama dulu. Dia bilang, "Do not assume. Get things confirmed."

Sejak itu, saya mempelajari (baca: mengamati, mendapatkan pengalaman) bahwa dalam peristiwa kehidupan ini, kita sebaiknya bertindak, berkata-kata, mengambil sikap, dan membuat keputusan tidak mengandalkan asumsi semata (yang belum tentu kebenarannya).


Alih-alih membuat pernyataan mengatas-namakan pikiran orang lain, konfirmasikan dulu kepada orang yang bersangkutan, persepsi kita tentang orang tersebut. Bahkan seorang psikolog berpengalaman pun, perlu mengadakan wawancara sebelum mengatakan, "Mas, Anda sedang stress ya? Saya rasa begitu, karena Mas menemui saya?"


Bisa saja kan, orang itu berkunjung ke psikolog untukmengadakan wawancara, karena ternyata si pengunjung adalah wartawan iseng hehe ..

*I love this keyword yay .. *

‪#‎PengamatanSeninPagi 

Makanan, oh Makanan

Saya suka makanan tertentu. Saya suka kue-kue tertentu. Saya suka ngemil juga. Apalagi kalau penyajiannya menarik dan menggiurkan. Saya akan tergoda untuk mencicipi rasanya, dan bahkan menikmatinya sebanyak dan sesering yang saya inginkan.

Itu kalau seandainya saya bisa. Tentu saya bisa menghabiskan seporsi besar makanan kesukaan saya, setoples cemilan pengusir kantuk di saat kerja lembur, atau sekotak bolu pisang "penghibur diri" saat bosan menerpa.
Kadang saya bisa menghabiskan sepiring tempe atau tahu goreng hanya dengan satu alasan: saya ingin makan cabe yang pedas dan menggugah selera.

Untungnya "sebagian diri saya' sering mengingatkan diri sendiri, dengan kelembutan sebuah bisikan, "Ingatlah betapa susahnya berjalan dengan perut yang berat karena timbunan lemak. Ingatlah nasihat ahli kesehatan dan gizi, makan yang di luar takaran porsi yang ideal akan membuat tubuhmu menderita. Kesehatan lebih baik dijaga, alih-alih mengundang penyakit. Biaya ke dokter, atau biaya berobat sangatlah mahal."

Begitulah saya setiap kali mulai akan kalap. Kalap itu bisa bermacam-macam penyebabnya. Ah, kalap bikin engap dan megap-megap.

Baiklah, saya tunjukkan contoh makanan sederhana yang bisa bikin saya kalap. Cireng, risoles, nasi dengan lauk pauk lele goreng, tahu goreng, lalaban sayur segar: kol. selada, mentimun, dan kacang panjang, lengkap dengan sambal terasi goreng atau sambal-sambal lainnya.

Bagaimana dengan Anda?



Ada Kisah Lebay, Ada Kisah Inspiratif

Siang ini saya melihat seorang teman membagi kisah tentang upaya seorang polisi muda, demi pengobatan anaknya yang terancam gangguan saraf serius, tak segan menjadi tukang  bakso di saat purna tugas.

Singkat cerita, Brigadir Wawan Mulya yang bertugas di Polsek Tarogong Garut, Jawa Barat dan isterinya, bergantian dagang bakso di warung di depan rumahnya. Wawan berjualan di sore hari selepas jam kantor, untuk menggantikan istrinya Lala (30) yang berjualan baso sejak pagi pukul 09.00 WIB. Ini demi pengobatan Rema (9 tahun), anak mereka yang mengidap gangguan kelenjar tiroid sehingga tak berfungsi. Gangguan ini mempengaruhi pertumbuhan tulang dan syaraf anak tercinta keluarga polisi ini.

Kisah Pak Polisi ini kalau benar adanya, bikin yang baca terharu biru. Tetapi saya percaya, masih banyak orang Indonesia (dan di belahan dunia mana pun) yang jujur, tulus, dan lurus.

Semoga kebaikan akan kembali pada diri pemiliknya. Entah dengan cara apa pun, kebaikan akan terus bergema.

Yang jahat itu adalah mereka yang punya akses dan kesempatan membantu, menolong orang lain yang membutuhkan, namun memanfaatkan hal ini dengan cara manipulatif. Misalnya, mengiming-imingi orang menjadi pengedar narkoba, melibatkan orang ikut korupsi, memprovokasi orang agar ikut cara kotor untuk kepentingan pribadi.

Saya selalu dalam hati mendoakan orang-orang baik dan bersahaja yang saya temui di taksi, di angkot, di jalan, di jembatan penyeberangan, di super market, di pasar dan terminal .. dan saat saya mendoakan mereka, pelupuk mata ini jadi menghangat dan membasah ..

Orang tulus, jujur, bersahaja, dan tangguh selalu berhasil menyentuh hati yang nyaris makin skeptis dengan banyaknya orang egois yang juga kulihat d tempat-tempat yang sama tadi.

#Monolog: Hidupku adalah perjuangan, tanganku kotor penuh lumpur dan abu, pekerjaanku membuat tidur kadang jadi tak beraturan. Namun, aku mengalami kemerdekaan pribadi. Merdeka karena itu semua pilihanku. Mengejar mimpi, menguatkan diri dan memantapkan janji pribadi .. untuk apa? Agar aku tidak mati sia-sia. Yang terakhir ini adalah doaku, juga doa buat orang-orang yang kucinta.

Saya ingin hidup cara sederhana. Sederhana, tidak semudah mengeja sembilan ketukan jari menuliskannya. Setidaknya, saya punya asa.

#selintas sehela napas -- Minggu, 16 Maret 2014~
Oleh penulis yang sama (saya sendiri), tulisan ini saya unggah di Kompasiana.com.

(Terinspirasi tulisan di “Koran Fesbuk”)

Tuesday, March 11, 2014

Testing, again and again!

Nothing in particular this time. I am just checking if the signing process is working properly. Familiarizing myself to this blogging, after some long period of absence.
Ciao!