Siang ini
saya melihat seorang teman membagi kisah tentang upaya seorang polisi muda,
demi pengobatan anaknya yang terancam gangguan saraf serius, tak segan menjadi tukang
bakso di saat purna tugas.
Singkat
cerita, Brigadir Wawan Mulya yang bertugas di Polsek Tarogong Garut, Jawa Barat
dan isterinya, bergantian dagang bakso di warung di depan rumahnya. Wawan
berjualan di sore hari selepas jam kantor, untuk menggantikan istrinya Lala
(30) yang berjualan baso sejak pagi pukul 09.00 WIB. Ini demi pengobatan Rema
(9 tahun), anak mereka yang mengidap gangguan kelenjar tiroid sehingga tak
berfungsi. Gangguan ini mempengaruhi pertumbuhan tulang dan syaraf anak
tercinta keluarga polisi ini.
Kisah Pak Polisi ini kalau benar adanya, bikin yang baca terharu biru. Tetapi saya percaya, masih banyak orang Indonesia (dan di belahan dunia mana pun) yang jujur, tulus, dan lurus.
Semoga kebaikan akan kembali pada diri pemiliknya. Entah dengan cara apa pun, kebaikan akan terus bergema.
Yang jahat itu adalah mereka yang punya akses dan kesempatan membantu, menolong orang lain yang membutuhkan, namun memanfaatkan hal ini dengan cara manipulatif. Misalnya, mengiming-imingi orang menjadi pengedar narkoba, melibatkan orang ikut korupsi, memprovokasi orang agar ikut cara kotor untuk kepentingan pribadi.
Saya selalu dalam hati mendoakan orang-orang baik dan bersahaja yang saya temui di taksi, di angkot, di jalan, di jembatan penyeberangan, di super market, di pasar dan terminal .. dan saat saya mendoakan mereka, pelupuk mata ini jadi menghangat dan membasah ..
Kisah Pak Polisi ini kalau benar adanya, bikin yang baca terharu biru. Tetapi saya percaya, masih banyak orang Indonesia (dan di belahan dunia mana pun) yang jujur, tulus, dan lurus.
Semoga kebaikan akan kembali pada diri pemiliknya. Entah dengan cara apa pun, kebaikan akan terus bergema.
Yang jahat itu adalah mereka yang punya akses dan kesempatan membantu, menolong orang lain yang membutuhkan, namun memanfaatkan hal ini dengan cara manipulatif. Misalnya, mengiming-imingi orang menjadi pengedar narkoba, melibatkan orang ikut korupsi, memprovokasi orang agar ikut cara kotor untuk kepentingan pribadi.
Saya selalu dalam hati mendoakan orang-orang baik dan bersahaja yang saya temui di taksi, di angkot, di jalan, di jembatan penyeberangan, di super market, di pasar dan terminal .. dan saat saya mendoakan mereka, pelupuk mata ini jadi menghangat dan membasah ..
Orang tulus, jujur, bersahaja, dan tangguh selalu berhasil menyentuh hati yang nyaris makin skeptis dengan banyaknya orang egois yang juga kulihat d tempat-tempat yang sama tadi.
#Monolog: Hidupku adalah perjuangan, tanganku kotor penuh lumpur dan abu, pekerjaanku membuat tidur kadang jadi tak beraturan. Namun, aku mengalami kemerdekaan pribadi. Merdeka karena itu semua pilihanku. Mengejar mimpi, menguatkan diri dan memantapkan janji pribadi .. untuk apa? Agar aku tidak mati sia-sia. Yang terakhir ini adalah doaku, juga doa buat orang-orang yang kucinta.
Saya ingin hidup cara sederhana. Sederhana, tidak semudah mengeja sembilan ketukan jari menuliskannya. Setidaknya, saya punya asa.
#selintas sehela napas -- Minggu, 16 Maret 2014~
Oleh penulis yang sama (saya sendiri), tulisan ini saya unggah di Kompasiana.com.
(Terinspirasi
tulisan di “Koran Fesbuk”)
No comments:
Post a Comment