Wednesday, October 26, 2016

Latihan Menulis - Membuat Kuis

Tulisan ini dimaksudkan sebagai latihan dengan metode menulis bebas atau strategi free writing yang disarankan oleh para mentor menulis. Ini konon bermanfaat untuk mengaktifkan kegiatan menulis bila suatu saat mengalami kebuntuan atau macetnya gagasan.

Kebetulan beberapa saat ini melintas berbagai berita tentang pejabat A menjadi tersangka dalam tindak pidana korupsi proyek anu; pejabat B tertangkap tangan menerima uang tunai sejumlah sekian ribu dolar amerika, pejabat daerah C terindikasi menyalahgunakan uang dana pembangunan SD untuk sebuah hajatan pribadi, dan sebagainya.
Semua nyata dan bagian dari realita di Indonesia. Semua masih berlangsung, dan tampaknya masih belum banyak calon pelaku yang sedikit citu mendengar kolega atau atasan terbukti melakukan korupsi dan akhirnya menyandang gelar baru sebagai terpidana.

Sedih itu bila pemidanaan tidak menjadikan umat Indonesia lainnya jera, atau mengambil hikmah untuk menjadi warga negara Indonesia yang bijaksana dan amanah -- memikirkan banyak saudara setanah air yang bahkan masih belum pernah mengalami hidup layak, selayaknya standar minimal pendapatan keluarga yang harusnya dinikmati oleh setiap orang.

Tanpa berpanjang kata, berikut ini hasil pembiaran jari-jari mengetikkan semua yang terlintas di benak. Mohon maaf bila pembaca kurang berkenan.

#Kuis khususuntuk yang sempat menjadi tersangka kasus #korupsi atausiapa pun yang sebenarnya tahu sudah mendapatkan uang yang bukan haknya

Saat menerima atau meraup uang yang bukan seharusnya menjadi hakmu, apa yang kaurasakan di lubuk hatimu yang terdalam? Silakan pilih jawaban ini dalam hati saja.

 a. Gembira tak terkira
 b. Bahagia sekali
 c. Bangga sudah melakukan pencapaian
 d. Antara bahagia, puas, sedikit deg-degan (excitedly nervous), merasa sedikit nakal dan seakan kembali ke masa kecil yang polos
 e. Agak was-was, takut ada yang mengintai dan minta bagian
 f. Senang tapi was-was kalau ketahuan dan kena OTT
 g. Senang telah bisa mendapatkan kekayaan lebih banyak lagi demi keluarga tercinta
 h. Senang karena itulah arti perjuangan menuju jalan kekayaan
 i. Puas dan senang karena itulah bagian dari kesuksesan bekerja, meski dalam hati sedikit merasa bersalah
 j. Senang, karena itu artinya kau akan semakin kaya, atau menjadi kaya -- dan sebagai orang yang "kenal Tuhan Yang Maha Tahu", kau diam-diam memohon ampunan-Nya.

 *Isi sendiri hal-hal yang tidak bisa kau ungkapkan dalam kata-kata* |@IndriaSalim

*) Tulisan ini pertama kalinya diunggah Penulis di Sini

Sehat Bergiat, Asyiknya Berolahraga

Hobi Sejak Remaja
Beberapa kegiatan yang paling saya sukai sejak remaja adalah berenang, olahraga jalan kaki, jogging (mencegah risiko cedera, jogging sudah jarang saya lakukan empat tahun terkahir ini), mendengarkan musik – baik sambil goyang kaki dalam posisi berdiri atau duduk di meja kerja, fotografi, membaca, dan menulis.


Olahraga yang Sesuai dan Nyaman di Tubuh
Setiap berolahraga, saya bisa melakukannya sendirian atau bersama sejumlah teman. Dulu sewaktu Lapangan olahraga Istora Senayan masih dalam jangkauan jarak tempuh 20 menit, setiap Sabtu atau Minggu saya bersama beberapa teman janjian jogging di sana. Setelah capek jogging berkeliling lapangan seluas 1 km satu putarannya, kami tidak segera beristirahat duduk-duduk atau makan minum. Kami masih melanjutkan berolahraga tapi lebih lambat geraknya, yaitu senam ringan massal.
Senamnya cukup 30 menit saja, lalu kami berbincang sambil berkeliling lambat-lambat agar kaki tidak kaget dari gerakan lari kemudian langsung berhenti. Kami berkeliling sambil mengabsen kalau ada hal yang menarik di pinggir lapangan, misalnya jajan Pecel Madiun, atau Tiwul – makanan yang akan kami nikmati sepulang olahraga.
Berkenalan dengan Yoga

Saya mengenal yoga untuk pertama kalinya waktu di kantor lama. Kelompok yoga di kantor tidak ada instrukturnya, namun ada dua orang teman yang bisa mengajari kami. Maka bergantian berdiri paling depan memberi aba-dan pengarahan pada kami.

Setiap ada jadwal yoga, kami harus sudah sampai di kantor pukul 06.00 wib. Setelah berganti kostum, kami melakukan yoga di ruang yang biasanya hanya dipakai untuk pertemuan. Pukul 07.30 wib kami selesai, merapikan diri, dan langsung kembali ke ruang kerja masing-masing. Masih ada waktu sekitar satu jam untuk sarapan. Hanya berlatih yoga seminggu sekali, saya dan teman-teman merasakan daya konsentrasi meningkat. Jadi kalau pekerjaan sedang bertumpuk, saya tidak lagi merasa panik.

Pindah ke kantor baru, ada lagi teman yang yoganya lebih mahir. Lanjut lagi yoga di kantor. Di rumah saya tetap olahraga jalan kaki keliling kawasan. Saya mengajak siapa saja anggota keluarga, namun kalau mereka malas bangun pagi, saya berangkat sendiri.


Tips Berolahraga Aman

Saya ingat pernah membaca tips dokter Sadoso SpKO –ahli kedokteran olahraga, bahwa untuk jalan kaki akan efektif bila dilakukan selama 45-60 menit. Jogging pun begitu. Sebelum mulai olahraga apapun, sebaiknya kita melakukan pemanasan atau peregangan otot lebih dulu. Sebaiknya minimal satu jam sebelum berolah raga, kita tidak makan dalam porsi penuh. Minum juga seperlunya. Ini tampaknya adalah untuk mencegah risiko kram atau sebab lainnya yang lebih serius.
Berpindah tempat tinggal, saya malah mengajari tetangga dengan yoga dasar. Meskipun hanya gerakan sederhana, awalnya tetangga saya merasa bahwa tiap gerakannya itu berat. Seiring berjalannya waktu, dia mengaku bahwa semakin lama badannya semakin mudah melakukan gerakan yoga.



Olahraga Setiap Waktu
Jogging atau olahraga lari lain lagi. Awalnya saya lebih suka jogging daripada jalan. Kalau jalan, pergelangan kaki lebih terasa pegalnya dibanding kalau jogging. Tiga tahun terakhir ini saya tidak jogging lagi, melainkan sesekali yoga, dan olahraga jalan kaki secara rutin. Saya tidak terpancang waktu. Begitu terasa kangen jalan, saya berangkat saja. Kadang pagi hari sebelum matahari benar-benar menampakkan senyumnya, kadang saya berangkat setelah pukul 8.00 ketika matahari mulai naik dan menghangat. Akhir-akhir ini kesibukan kerja membuat jadwal olahraga menjadi random. Artinya saya bisa berolahraga sore hari, atau setelah pukul 18.00 wib. Keasyikannya sama, hanya pernik kegiatan sampingannya yang berbeda.

Menyalurkan Hobi Fotografi Sambil Berolahraga
Olahraga jalan pagi saya akhiri dengan menyalurkan hobi memotret. Apa saja yang menarik minat saya dan saya temukan di sepanjang jalan pulang akan menjadi sasaran bidikan saya. Pak Satpam beberapa komplek rumah juga kebagian bidikan saya dan mereka biasanya sangat senang. Abang tukang buah, ibu-ibu penjual nasi uduk, semua seakan hafal dengan kebiasaan saya. Dari kejadian ini saya jadi tahu, mereka paham sosial media juga meskipun bukan pengguna. Kadang-kadang selama berolahraga saya melihat beberapa kejadian menarik, atau yang membuat saya merenung dalam hati, maka sepulang dari olahraga saya bisa menuliskan kejadian itu di blog pribadi, atau di Kompasiana.


Terapi Cedera Dengan Berolahraga
Saya pernah terkena gejala bahu beku (frozen shoulder). Awalnya mungkin karena efek AC di ruang kerja yang arahnya persis ke bahu dan dalam jangka lama. Pemicu selanjutnya adalah cedera ketika menutup pintu bus kompleks yang sangat berat. Dalam pemulihan dan penyembuhan bahu itu, saya justru semakin sering berolahraga jalan kaki, ditambah dengan angkat beban untuk penguatan otot bahu. Saya memakai dumbel paling ringan karena waktu itu bahu kanan masih cedera.  

Peregangan Otot dan Senam Kecil di Meja Kerja
Kalau sedang banyak pekerjaan yang melibatkan kegiatan duduk dan mengetik, saya cukup membuka youtube, memilih video khusus senam rehabilitasi buat penguatan otot pundak. Istimewanya, video itu menyajikan lagu riang, bersemangat, dan menampilkan instruktur perempuan berusia sekitar 60 tahunan yang menularkan aura semangat juga. Saya berlangganan di saluran Youtube-nya. Sejak itu saya bisa setiap saat mempraktikkan sesi-sesi latihan yang disarankan, baik sambil duduk di tengah proses kerja, atau sedang jalan-jalan.

"Paket" Pola Hidup Seimbang Mencakup Olahraga
Sampai sekarang olahraga, menikmati musik, mengurangi makanan berminyak, banyak minum air putih, mengkonsumsi buah, sayur, dan protein serta karbohidrat dengan porsi proporsional sesuai kebutuhan tubuh dan standar saya. Melakukan kegiatan seimbang akhirnya menjadi rutinitas saya, walaupun tidak ketat sekali namun setidaknya ada semacam “kontrol dan pengingat diri” dalam keseharian saya. Seluruh keluarga menerapkan pola kegiatan berolahraga yang kurang lebih sama, hanya saja tidak terlalu intens. Jadi kalau ditanya apa tips yang bisa saya bagikan terkait olahraga, secara mendasar saya melakukannya dengan olah pernapasan. Sambil berjalan, mengatur napas seiring dengan gerak langkah kaki dan tangan. Juga pengaturan kapan minum dan makan sesuai dengan jadwal olahraga yang saya lakukan pada saat tertentu.

Yuk, Berolahraga dan Rasakan Manfaatnya
Banyak ManfaatMenurut saya, olahraga sungguh menyenangkan dan menjadi bagian kebutuhan rutin menjaga kebugaran. Apapun jenis olahraganya, itu bermanfaat sepanjang kita melakukannya dengan benar, sesuai kebutuhan dan kemampuan tubuh, juga yang kita kuasai atau bisa lakukan dengan risiko cedera minimal – misalnya berenang, yoga, berjalan kaki, atau senam ringan, bahkan bila sekadar peregangan dan relaksasi otot kaki, tangan, leher dan pundak sambil mendengarkan musik di meja kerja. Sambil menjaga kebugaran, tubuh terasa segar, suasana hati menjadi gembira, semangat menggebu, dan saya bisa bertemu dengan siapa saja yang juga menunjukkan antusiasme seperti yang saya rasakan. Olah raga setiap hari, sensasinya setara memanjakan diri! Satu keunikan bagi saya, olahraga di mana saja dan kapan saja. |@IndriaSalim
Tulisan ini juga bisa dibaca Fb: @Indria Salim
Atau di Twitter: @IndriaSalim

*) Artikel ini pertama kalinya diunggah Penulis di 
Sini

Antusiasme Itu

CEO (Boss) mewawancarai saya.

B(oss): Kamu punya pengalaman marketing?
A: “Tidak, Pak.”
B: “Posisi yang lowong sebenarnya marketing. Kalau pengertian marketing itu sendiri, tahu nggak?
A: Dari bacaan-bacaan dan interaksi dengan praktisinya, menurut saya marketing itu adalah tentang meyakinkan orang lain untuk membeli produk. Bagaimana "target" menjadi terkesan, berminat, lalu memutuskan membeli dagangan Si penjual.”
B: “Apalagi?”
A: “Marketing bukan saja mengiming-imingi dagangannya kepada calon pembeli, namun juga mengunggulkan dagangannya bahkan bila faktanya bertolak belakang.”
B: Senyum-senyum, “Ya, intinya bagaimana meyakinkan orang Eskimo yang tinggal di kutub untuk membeli lemari es. Tentang orang yang kami butuhkan, mungkin saya harus mencari orang lain yang memang berpengalaman di bidang ini. “
A: “Saya mau belajar cepat.”
B: “Ini posisi manajerial, jadi orang lain akan iri kalau kami merekrut orang yang tidak berpengalaman. Bagaimana seorang manajer akan memimpin staff yang praktis lebih berpengalaman dirinya? Saya sedang berpikir, posisi apa yang sesuai dengan kualifikasimu, dan bisa memberi kontribusi bagi organisasi ini. Ada sesuatu dari wawancara ini yang membuat saya berpikir bagaimana organisasi ini bisa merekrutmu sesuai latar belakang dan pengalamanmu.”

Tanpa terasa, wawancaranya berlangsung dua jam! Yang benar? Rasanya saya seperti menjadi tamu istimewa, berkesempatan mengobrol dengan orang nomor satu di organisasi besar ini. Kalaupun itu saya anggap mengobrol bersifat “resmi”, itu salah satu diskusi terlama sepanjang hidup saya. Sungguh tak pernah terbayangkan suatu hari duduk satu meja dengan seorang CEO sebuah perusahaan multinasional berlokasi di gedung pencakar langit -- di jalan protokol ibukota.

Mengevaluasi diri, kemungkinan selain lulus tahap tes tertulis, seseorang bisa menjadi kandidat yang diperhitungkan karena antusiasme dalam diri yang terbaca oleh perekrutnya. | 25 September 2016 - Indria Salim |

 *Pengalaman lulus tes wawancara, meskipun diberi posisi yang bukan marketing. Tes-nya sendiri diawali dengan tes tertulis yang saya ikuti di minggu sebelumnya.*

Artikel ini pertama kalinya diunggah oleh Penulis di 
Sini

Sales Bank Mau Promosi, Nasabah Berceramah Ramah

Ini pengalaman serupa yang kesekian kalinya. Alih-alih terima telepon dan mendengarkan telemarketer/ sales berpromosi, aku malah kasih ceramah nan ramah sepanjang satu jam (beneran), sambil menyampaikan uneg-uneg kekecewaan pelayanan korporat yang diwakili petugas sales tsb. Lalu, sedikit menyuplik kegiatanku menulis di Kompasiana yang (hanya) sesekali itu. 


Kubilang, "Sudah lama saya ingin menuliskan pelayanan buruk "nama korporat" ini, tapi kecuali kalau sangat fatal akibatnya -- saya memang agak lambat menuliskan keluhan secara publik. 

Sebaliknya saya bisa spontan menuliskan apresiasi atas pelayanan yang baik oleh korporat yang saya amati berproses dari mutu "kurang" berubah menjadi "sangat memuaskan". Hanya saja, menuliskan pujian atas pelayanan korporat / produk merek tertentu perlu bijaksana juga. Salah-salah orang mengira saya dibayar atau mendapat sponsor untuk menuliskan "testimoni" sukarela itu.
(Mas Sales tertawa).

Tadi pagi, aku membuat si sales citibank mendengarkan "ceramah'ku selama satu jam dengan suka rela. Lalu katanya, "Karena percakapan ini direkam, maka waktunya maksimal 1 jam. Karena keluhan ibu menyangkut bidang lain, maka rekaman percakapan tadi akan saya "forward" ke bagian terkait. Terima kasih, saya mendapatkan banyak pelajaran."


Nama akun di Kompasiana apa, Bu. Saya jadi pengin baca tulisannya."

Aku tertawa, "Ayo sekalian nulis di Kompasiana, Mas!"

Sales, "Oh, bukan yang blog pribadi, ya Bu? Lebih suka nulis di situ? Saya nggak bisa menulis."

Aku kembali tertawa, "Iya, kalau di Kompasiana itu pembacanya kan dari kalangan yang lebih luas. Di sana siapa saja boleh menulis, juga buat yang merasa nggak pede."

Ngomong-ngomong sudah berapa lama bekerja di tempat sekarang?"

Sales, "Baru satu tahun, Bu."

"Ah, jadi tidak sia-sia saya tadi cerita soal korporat Anda dan membandingkan mutu pelayanannya sebelum dan sesudah sekitar sepuluh tahun terakhir ini. OK, saya juga mau melanjutkan pekerjaan yang tadi terinterupsi oleh telepon Anda. Semoga sukses dengan tugasnya, ya?

Sales, "Haaha, amin, amin, terima kasih doanya, Bu." 

4 oktober 2016 | @IndriaSalim

Artikel ini pertama kalinya diunggah oleh Penulis di Sini

Rahasia di Balik Senyuman (World Smile Day)

We shall never know all the good that a simple smile can do. (Mother Teresa)

Si kecil Sellyn (9 tahun) sedang membaca majalah Bobo – “Tahukah Kamu?” Topik edisi itu adalah tentang rahasia sebuah senyuman, begitulah yang saya ingat. Lalu Sellyn membacanya keras-keras, sehingga kami yang di ruang itu ikut mendengarkan dan akhirnya tersenyum dan geli menyimak reaksi Sellyn.

“Oh, jadi kalau senyum itu manfaatnya banyak, antara lain membuat kita bahagia, meredakan stress, mencegah bete berkepanjangan, membuat wajah tampak lebih cantik atau ganteng, dan mengundang sahabat. Ah, aku mau lebih sering tersenyum karena menurut Bobo, orang cemberut itu membuat wajah tegang dan itu bisa mengakibatkan sekian banyak saraf terputus, lalu megakibatkan banyak penyakit dan juga membuat orang lebih cepat tua!”



Celetukan Sellyn itu sungguh polos. Yang semula bikin kami tersenyum-senyum, akhirnya malah terbahak karena anak ini malah nyerocos sendiri -- menganalisis kolom kecil di majalah anak-anak favoritnya itu. Tulisan yang menarik dan positif, langsung berkesan pada si anak.


Senyum ataupun tawa sebenarnya bisa terjadi begitu saja. Saat kita melihat teman melakukan sesuatu yang konyol, atau mengatakan hal yang tidak kita duga dan ternyata menggelitik saraf ketawa maka spontan kita tertawa, atau tersenyum. Saat mengemudi, lalu kena tilang polisi – tanpa disadari mungkin kita malah senyum cengar-cengir karena tidak siap menghadapi situasi itu. Anak-anak lebih unyu-unyu lagi. Orang tuanya memarahinya karena dia menghamburkan bedak Mama ke mana-mana, lha, si anak malah tertawa karena menyangka mama-nya sedang mengajak bercanda.


Tersenyum atau tertawa merangsang kegiatan dalam otak kita. Betul itu! Ada keterkaitan erat antara tubuh dan otak kita, tepatnya menyangkut kerja otak bagian depan (frontal cortex). Maka otak memproduksi zat bernama endorphin yang mengurangi pengaruh hormon stress – maka membuat kita bahagia.


Sesering apakah kita tersenyum atau tertawa dalam keseharian kita? Apakah kita tersenyum dengan orang-orang yang kita jumpai, atau mereka yang ada di sekitar kita? Mungkin saat kita berpapasan dengan teman, tetangga, atau sekadar orang yang sama-sama di lift atau di halte bus dalam jangka waktu cukup lama? Jennipher Walters, CEO situs web FitBottomeGirls.com mengungkapkan bahwa wajah kita memiliki 44 otot yang bisa menunjukkan 5000 ekspresi wajah berbeda. Baiklah, yuk kita lihat apakah pengalaman saya ini cocok dengan pengalaman Anda. 


Menurut saya,

  • Senyum atau tawa membuat mood terasa ringan dan menyenangkan (walaupun sebenarnya, atau pada mulanya saya tidak benar-benar sedang bahagia).
  • Senyum kita membuat orang lain tersenyum juga, dan itu juga membuat orang lain senang hati. Pernah mendengar ungkapan yang intinya adalah, “Tersenyumlah, maka senyuman itu menular pada orang lain. Anda tertawa, maka dunia akan ikut tertawa bersama kita.”
  • Tersenyum menampilkan diri kita menjadi lebih menarik, simpatik, atau cantik/ ganteng. Tentu, senyum tulus lebih bisa dirasakan baik oleh pelaku maupun yang “menerima”nya.
  • Tersenyum atau tertawa adalah obat mujarab mengurangi stress, bahkan bisa mengalihkan rasa stress menjadi rasa rileks. Tidak semua rasa stress itu negatif, namun dalam hal ini stress yang membuat tubuh kita terpengaruh, misalnya hal yang memicu tekanan darah tinggi/ atau sebaliknya tekanan darah rendah kumat, dan semacamnya bisa diringankan berkat keajaiban senyum. Ini bisa kita lakukan misalnya dengan menonton video lucu, mengobrol dengan anak-anak, banyak cara untuk itu.
  • Senyum dan tawa terbukti menular. Saya bahkan sering mengalami hal ini bersama dengan teman kerja, tetangga, atau anak-anak di rumah. Kadang hal sepele membuat kami terbahak, bahkan saking sudah “kena banget” saraf senyum itu, hanya saling pandang saja membuat kami nyaris tidak bisa menghentikan tawa. Melihat orang lain tertawa tanpa kita tahu penyebabnya saja bisa lho, menularkan tawa pada kita. Saya sering mengalami itu, tertawa menertawai orang tertawa, dan sebaliknya.
  • Saat mengikuti tes wawancara kerja, menampilkan wajah yang tenang (seperti tersenyum) tentu memberikan kesan bahwa kita adalah calon karyawan yang cukup percaya diri dan optimis. Namun hati-hati, wajah tersenyum itu sungguh berbeda dengan sikap cengengesan. Lalu apa hubungannya dengan pekerjaan yang kita lamar? Demi keberhasilan tes wawancara, ini bisa menjadi nilai tambah yang layak dicoba.  :-)
  • Senyum seseorang bisa membuatnya sungguh terkenal sedunia. Siapa, tuh? Saya punya dua nama -- Mantan Presiden RI Soeharto yang dijuluki The Smiling General, dan model lukisan Si Monalisa. Kalau yang satu ini tidak perlu dicemburui, yaitu Si Serigala. Biasanya orang agak gimana begitu kalau bertemu dengan "seringai serigala"  *eh, eh*  :-)


Kesimpulannya, tersenyum banyak manfaatnya baik untuk diri sendiri maupun berbagi dengan orang lain. Tapi ya, semua toh ada tempat dan waktunya juga. Jangan sampai kita tertawa karena orang lain mengalami celaka serius, nah itu baru namanya “senyum si Kunti” hi hi hi hi 


Oh ya, hari ini menurut internet adalah Hari Senyum Sedunia (World Smile Day 2016). Nah, biarkan hati kita tersenyum, bukan hanya wajah kita. Selain itu terlepas dari Hari Tersenyum Sedunia, ada yang lebih penting, hati bersyukur, jiwa tersenyum. Salam Kompasiana. | @IndriaSalim |

*) Artikel ini diunggah pertama kalinya oleh penulis yang sama di Sini

Tips Mendapatkan Ide Menulis ala Saya

Butuh ide untuk membantu Anda menulis? Anda akan menemukan banyak inspirasi menulis yang menyenangkan dari lingkungan sekitar. Saya kebetulan suka memotret dan berolahraga jalan kaki.


Saya menikmatinya karena manfaatnya banyak sekali. Selain tubuh sehat, suasana hati gembira, bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan dan menginspirasi, mendapatkan relawan model foto yang juga senang dan minta saya foto, saya bisa memanfaatkan foto hasil jalan-jalan menjadi tulisan yang sebagian besar saya unggah di Kompasiana.


Berikut ini anggap saja sebagai bantuan mendapatkan gagasan menulis, terkait dengan kejadian sekitar.


Daftar yang terlintas di benak, sesuai koleksi hasil hobi memotret.
Di sini hujan deras. Bagaimana di tempatmu?
Di sini geledek bertalu-talu, di tempatmu?
Di sini sedang banyak kucing liar berkejar-kejaran dalam masa kawin, di tempatmu?
Genteng rumahku setiap hari dijadikan tempat kencan gerombolan kucing liar berpacaran, di tempatmu?
Di sini anjingnya lebih kalem daripada kucing, di tempatmu?
Di luar pagar kompleks setiap hari banyak anak di bawah umur dan remaja "nebeng" nongkrong sambil merokok, tampaknya mereka pemula. Di tempatmu? Potret keseharian lainnya, di sini anak-anak khusus datang dari luar wilayah untuk bermain di “sungai kompleks”, dan mereka menikmati hobi mencari ikan dan hean-hewan kecil air lainnya. Bagaimana kondisi drainase di tempatmu?
Di sini pasar lokal dan warung sembako jualan segala jenis sayur dan buah yang tidak semua tempat lain ada: daun genjer, daun ginseng, buah naga, buah kecapi, buah sukun, talas, daun pisang, umbi bambu (bung petung). Pasar dan warung di tempatmu selengkap itu?
Di sini, semua yang kutemui di jalan bisa jadi obyek foto menarik, samakah di tempatmu?
Di sini banyak perempuan sepuh lincah bersepeda ke mana-mana -- khususnya saat berbelanja. Di tempatmu?
Di sini saat pulang sekolah, para siswa pada nggak kuat berjalan kaki di terik panas matahari, di tempatmu?


Akhir-akhir ini banyak perempuan usia di atas 50 tahun bekerja mencabuti rumput jalanan atau di dalam kompleks. Mereka bekerja sebagai pekerja harian yang sayangnya kurang serius kinerjanya. "Yang muda-muda pada nggak kuat panas, Bu," kata mereka. Bagaimana di tempatmu?


Selamat berlatih menguatkan otot menulis Anda. | @IndriaSalim |

10 Oktober 2016 – di tengah derasnya hujan hari Senin.

*) Artikel ini pertama kalinya diunggah oleh penulis yang sama, di SINI

Kata, Frasa, dan Imajinasi



... secangkir teh hangat dengan irisan jeruk nipis segar
 ... secangkir kopi tubruk panas tanpa gula
 ... secangkir mochaccino latte dengan secuil kue kacang
 ... segelas air dingin segar dengan celupan potongan buah strawberi segar.
 ... segelas es jeruk peras tanpa gula.


Frasa di atas hanya membuat imajinasi lebih terasa melekat dengan peristiwa keseharian yang penuh romantika. Itu menurut saya. Secangkir kopi panas, mungkin biasa saja. Tapi begitu kita ungkapkan dalam tulisan, efeknya terasa lebih gimana gitu. Nah, "gimana gitu" sungguh gimana gitu .. "tidak bisa dijabarkan" -- itu ungkapan ‘jadoel’ teman kuliahku dulu.
Lha tulisan di atas itu maksudnya apa? Menulis tanpa maksud, kan nggak apa-apa? Ini hanya membiarkan jari mengetik, istilah kerennya "olahraga jari dan akrobat kata" mungkin free writing, ya.
Saya sebenarnya tergoda menulis sebuah cerita pendek, dengan modal salah satu dari lima frasa di atas. Hanya saja saat ini sedang ada kewajiban menyelesaikan sesuatu secepatnya pagi ini, jadi akhirnya ya menulis apa yang melintas di benak. Salam dan selamat menulis. | @IndriaSalim |

Artikel ini pertama kalinya diunggah oleh penulis yang sama di http://www.kompasiana.com/indriasalim/kata-frasa-dan-imajinasi_58057fd4369773ab148cd53c